Saturday 21 May 2011

Neoliberalisme dan Utang Luar Negeri Penyebab Pemanasan Global


Gerakan Rakyat Lawan Neokolonialisme dan Imperialisme (Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI), Federasi Serikat Buruh Jabotabek (FSBJ), Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY), Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Institute for Global Justice (IGJ), Sarekat Hijau Indonesia (SHI), Koalisi Anti Utang (KAU), Solidaritas Perempuan (SP), Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS), Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI), Komite Mahasiswa Anti Imperialisme (KM-AI), Kesatuan Aksi Mahasiswa LAKSI 31 (KAM LAKSI 31) ____________ _________ _________ _________ ________ *Neoliberalisme dan Utang Luar Negeri Penyebab Pemanasan Global,* *Bangun Kedaulatan Rakyat Menuju Keadilan Sosial* Dampak dari pemanasan global telah mengakibatkan semakin intensifnya kerusakan alam dan ancaman bagi kemanusiaan. Namun pemanasan global bukanlah sebab, tetapi merupakan akibat. Pemanasan global lahir dari model pembangunan ekonomi yang berkarakter kapitalistik- neoliberal, atau sebagaimana para pendiri bangsa menyatakannya sebagai "neokolonialisme- imperialisme". Pangkal dari masalah ini adalah hasrat melakukan penguasaan dan penghisapan sumber-sumber ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asing lintas negara (TNCs). Korporasi-korporasi global memanfaatkan dukungan politik elit di negara-negara kaya dan lembaga- lembaga kreditor internasional menjadikan utang luar negeri sebagai instrumen utama untuk mengakumulasi kekayaan dan menghisap sumber-sumber penghidupan rakyat. Kini kekuasaan TNCs telah menaklukkan kekuatan ekonomi negara yang sesungguhnya diperuntukkan menegakkan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat. Di negara-negara miskin dan berkembang, perubahan iklim yang drastis menyebabkan terjadinya kekeringan, banjir dan badai yang menghancurkan lahan pertanian, peternakan, dan rumah-rumah. Petani terpaksa menyesuaikan penggunaan benih dan sistem produksi untuk menghadapi perubahan iklim. Banjir dan kekeringan juga menyebabkan kegagalan panen, yang pada akhirnya dapat berdampak pada meningkatnya angka kelaparan di dunia. Dalam era pembangunan yang bercirikan kapitalistik-neoliberal saat ini, kegiatan industri, khususnya di sektor perkebunan, pertanian, dan pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan-perusaha an besar dan transnasional berkontribusi signifikan bagi pemanasan global dan penghancuran masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan. Transportasi pangan antarbenua, produksi monokultur secara intensif, penggundulan hutan dan pembukaan lahan baru serta input kimia berlebihan sangat besar peranannya dalam melahirkan planet bumi yang semakin panas. Di sisi lain, negara-negara industri maju seperti Amerika, Uni Eropa dan Australia terus memacu pertumbuhan ekonomi tanpa batas. Hal ini tentu membuat mereka menjadi penyumbang paling besar emisi karbondioksida di dunia. Laju industrialisasi yang menyerap kebutuhan energi yang sangat besar serta pola hidup boros yang dipraktekan, memperlihatkan bahwa negara-negara tersebut telah mempraktekan model pembangunan yang salah dan tidak adil. Yang akhirnya semakin memperburuk kondisi iklim pada tingkat global. Medio Desember 2007, di Bali, pemimpin-pemimpin negara akan berkumpul untuk melahirkan Bali Mandate. Dan sudah dipastikan di bawah dominasi dan hegemoni neoliberalisme negara-negara industri maju, maka negara-negara industri maju akan ambil untung dan negara dunia ketiga akan dapat buntung. Dengan kata lain, keuntungan hanya di segelintir pihak belaka (negara-negara kapitalis-neoliberal, TNCs, lembaga kreditor internasional) sementara milyaran rakyat di seluruh dunia terus ditindas secara struktural. Dalam perspektif lingkungan, kondisi ini dinamakan ketidakadilan iklim. Ketidakadilan iklim bisa diakhiri dengan azas tanggung jawab dan pengakuan atas praktek salah di masa lalu yang dilakukan negara-negara kapitalis-neoliberal. Tanggung jawab tersebut tidaklah cukup dengan menyediakan dana kompensasi bagi upaya rehabilitasi dan mitigasi perubahan iklim, sebagaimana saat ini ditawarkan melalui program REDD. Negara-negara industri maju harus mengakui kesalahan tersebut dengan memberikan penghapusan 100% utang luar negeri bagi negara-negara miskin dan berkembang tanpa syarat. Sebagai bentuk dukungan kongkret mempromosikan pembangunan yang adil, setara, mensejahterakan rakyat, serta menjunjung tinggi pelestarian lingkungan. Maka sudah saatnya pemerintah negara-negara dunia ketiga (negeri- negeri terbelakang akibat praktek imperialisme baru) harus merapatkan barisan, bersatu dan menyatakan sikap bahwa tidak ada model pembangunan tunggal, yang selama ini dipaksakan. Rakyat di seluruh dunia harus melawan model pembangunan yang berkarakteristik kapitalistik-neoliberal seperti saat ini. Inisatif rakyat mengenai transformasi kapital harus dimajukan. Dengan meninggalkan praktek neoliberalisme memperburuk keadaan. Utang, intervensi, invasi dan rejim ekonomi-politik internasional (WTO, IMF, Bank Dunia, dll) harus segera disingkirkan dari model pembangunan yang mempromosikan keadilan, kesetaraan, pelestarian lingkungan dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia. Inisiasi rakyat dalam melawan segala bentuk kebijakan dan praktek neoliberal bisa dimulai dari praktek-praktek yang: (1) berkeadilan sosial secara ekonomi-politik; (2) Berperspektif lingkungan; dan (3) Secara sosial-budaya memperhatikan kearifan lokal dan menghormati hak asasi manusia. Kebijakan Reformasi agraria dan reformasi sektor industri adalah contoh konkrit transformasi kapital oleh rakyat untuk melawan model pembangunan neoliberal yang menyebabkan kemiskinan dan kehancuran iklim global